Senin, 17 Oktober 2011

Perilaku


                                                                                   Perilaku
1. Pengertian perilaku
Perilaku manusia merupakan hasil segala macam pengalaman serta  interaksi manusia yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan suatu tindakan yang mempunyai frekuensi, lama, dan tujuan khusus, baik yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar (Green, 2000).
Menurut Skinner (2001) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa  perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku manusia dari segi biologis adalah  Tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai  bentangan yang sangat luas seperti berjalan, berbicara, menangis, bekerja  dan sebagainya. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus Skinner  membedakan perilaku menjadi dua:
a. Perilaku tertutup (Covert Behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka (Overt Behavior)
Repon seseorng terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain. Skinner dalam Notoatmodjo (2001) mengemukakan bahwa perilaku adalah merupakan hasil hubungan antara perangsang  (stimulus) dan tanggapan atau respon, respon dibedakan menjadi dua  respon:
1) Respondent response atau reflexive respon, ialah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu yang relatif tetap. Responden respon (Respondent behaviour) mencakup juga emosi respon dan emotional behaviour.
2) Operant respons atau instrumental respon adalah respon yang  Timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu.  Perangsang ini disebut reinforsing stimuli atau reinforcer. Proses pembentukan atau perubahan perilaku dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam maupun dari luar individu.  Aspekaspek dalam diri individu yang sangat berperan/berpengaruh Dalam perubahan perilaku adalah persepsi, motivasi dan emosi. Persepsi adalah pengamatan yang merupakan kombinasi dari penglihatan, pendengaran, penciuman serta pengalaman masa lalu. Motivasi adalah dorongan bertindak untuk memuaskan sesuatu kebutuhan. Dorongan dalam motivasi diwujudkan dalam bentuk tindakan (Sarwono, 2003).
2. Perilaku ditentukan oleh 3 faktor:
Menurut Green (2000), perilaku ditentukan oleh 3 faktor:
a. Faktor predisposisi (predidposing factors) yaitu faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu perilaku.
b. Faktor pendukung atau pemungkin (enabling factors) meliputi semua karakter lingkungan dan semua sumber daya atau fasilitas yang mendukung atau memungkinkan terjadinya suatu perilaku.
c. Faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors) yaitu faktor yang memperkuat terjadinya perilaku antara lain tokoh masyarakat, teman atau kelompok sebaya, peraturan, undang-undang, surat keputusan dari para pejabat pemerintahan daerah atau pusat (Notoatmodjo, 2003).
C. Perilaku Seksual pada Remaja
Menurut Sarwono (2003), perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri, dengan lawan jenis maupun sesama jenis tanpa adanya ikatan pernikahan menurut agama.Menurut Stuart dan Sundeen (1999), perilaku seksual yang sehat dan adaptif dilakukan ditempat pribadi dalam ikatan yang sah menurut hukum. Sedangkan perilaku seksual pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpamelalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum  maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing (Mu’tadin, 2002).
Menurut Irawati (2002) remaja melakukan berbagai macam perilaku seksual
beresiko yang terdiri atas tahapan-tahapan tertentu yaitu dimulai dari berpegangan tangan, cium kering, cium basah, berpelukan, memegang atau meraba bagian sensitif, petting, oral sex, dan bersenggama (sexual intercourse). Perilaku seksual pranikah pada remaja ini pada akhirnya dapat
mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan remaja itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar