Senin, 17 Oktober 2011

Kesehatan Reproduksi Remaja



A.  Kesehatan Reproduksi Remaja
Pengertian kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan kesehatan yang sempurna baik secara fisik, mental, dan sosial dan bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.
Pengertian kesehatan reproduksi ini mencakup tentang hal-hal sebagai berikut:
1 Hak seseorang untuk dapat memperoleh kehidupan seksual yang aman dan memuaskan serta mempunyai kapasitas untuk bereproduksi;
2. Kebebasan untuk memutuskan bilamana atau seberapa banyak melakukannya; 3) Hak dari laki-laki dan perempuan untuk memperoleh informasi serta memperoleh aksebilitas yang aman, efektif, terjangkau baik secara ekonomi maupun kultural;
4) Hak untuk mendapatkan tingkat pelayanan kesehatan yang memadai sehingga perempuan mempunyai kesempatan untuk menjalani proses kehamilan secara aman.
Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi yaitu :
  1. Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah, dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil).
  2. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan satu dengan yang lain, dsb).
  3. Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua pada remaja, depresi karena ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita pada pria yang membeli kebebasannya secara materi, dsb).
  4. Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual, dsb)
http://belajarpsikologi.com/kesehatan-reproduksi-remaja/#more-1835

1.  Pengertian remaja
     Remaja dalam ilmu psikologis juga diperkenalkan dengan istilah lain, seperti puberteit, adolescence, dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula dikaitkan pubertas atau remaja. Remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal usia 12-15 tahun, masa remaja pertengahan usia 15-18 tahun, dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun (Monks, et al. 2002).
Masa remaja disebut juga sebagai periode perubahan, tingkat perubahan dalam sikap, dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan perubahan fisik (Hurlock, 2004).

2. Ciri-ciri masa remaja
Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya. Gunarsa (2001) menyatakan ciri–ciri tertentu yaitu:
a. Masa remaja sebagai periode yang penting.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan.
d. Masa remaja sebagai periode bermasalah.
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.
g. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.
Gunarsa (2001) menyebutkan bahwa masa remaja sebagai masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Semua aspek perkembangan dalam masa remaja secara global berlangsung antara umur 12–21 tahun, dengan pembagian usia 12-15 tahun adalah masa remaja, 15-18 tahun adalah masa remaja pertengahan, 18- 21 tahun adalah masa remaja akhi (Monks, et al. 2002).
3. Tahap perkembangan remaja
Menurut tahap perkembangan, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu :
a. Masa remaja awal (12-15 tahun), dengan ciri khas antara lain:
1) Lebih dekat dengan teman sebaya
2) Ingin bebas
3) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir
abstrak
b. Masa remaja tengah (15-18 tahun), dengan ciri khas antara lain
1) Mencari identitas diri
2) Timbulnya keinginan untuk kencan
3) Mempunyai rasa cinta yang mendalam
4) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak
5) Berkhayal tentang aktifitas seks
c. Masa remaja akhir (18-21 tahun), dengan ciri khas antara lain
1) Pengungkapan identitas diri
2) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya
3) Mempunyai citra jasmani dirinya
4) Dapat mewujudkan rasa cinta
5) Mampu berpikir abstrak
4. Perkembangan fisik
Pada masa remaja, pertumbuhan fisik berlangsung sangat pesat.Dalam  perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu ciri-ciri  seks primer dan ciri-ciri seks sekunder. Berikut ini adalah uraian lebih  lanjut mengenai kedua hal tersebut
a. Ciri-ciri seks primer
Dalam modul kesehatan reproduksi remaja (Depkes, 2002) disebutkan  bahwa ciri-ciri seks primer pada remaja adalah:
1) Remaja laki-laki
Remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi bila telah  mengalami mimpi basah. Mimpi basah biasanya terjadi pada remaja  laki-laki usia antara 10-15 tahun.
2) Remaja perempuan
Jika remaja perempuan sudah mengalami menarche (menstruasi),  menstruasi adalah peristiwa keluarnya cairan darah dari alatkelamin  perempuan berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak  mengandung darah.
b. Ciri-ciri seks sekunder
Menurut Sarwono (2003), Ciri-ciri seks sekunder pada masa remaja  adalah sebagai berikut
1) Remaja laki-laki
a) Bahu melebar, pinggul menyempit
b) Petumbuhan rambut disekitar alat kelamin, ketiak, dada, tangan,
dan kaki
c) Kulit menjadi lebih kasar dan tebal
d) Produksi keringat menjadi lebih banyak
2) Remaja perempuan
a) Pinggul lebar, bulat, dan membesar, puting susu membesar dan  menonjol, serta berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi lebih  besar dan lebih bulat.
b) Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang poripori bertambah besar, kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih  aktif.
c) Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan  dan menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada  bahu, lengan, dan tungkai.
d) Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu.
5. Karakteristik remaja
Menurut Makmun (2003) karakteristik perilaku dan pribadi pada masa  remaja terbagi ke dalam dua kelompok yaitu remaja awal (11-13 dan14-15 tahun) dan remaja akhir (14-16 dan 18-20 tahun) meliputi  aspek:
a. Fisik, laju perkembangan secara umum berlangsung pesat, proporsi ukuran tinggi, berat badan seringkali kurang seimbang dan munculnya ciri-ciri sekunder. 
b. Psikomotor gerak-gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan serta aktif dalam berbagai jenis cabang permainan.
c. Bahasa, berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai tertarik mempelajari bahasa asing, menggemari literatur yang bernafaskan dan mengandung segi erotik, fantastik, dan estetik.
d. Sosial, keinginan menyendiri dan bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat temporer, serta adanya kebergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya disertai semangat konformitas yang tinggi.
e. Perilaku kognitif
1) Proses berfikir sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (asosiasi, diferensiasi, komparasi, kausalitas) yang bersifat abstrak, meskipun relatif terbatas,
2) Kecakapan dasar intelektual menjalani laju perkembangan yang terpesat,
3) Kecakapan dasar khusus (bakat) mulai menujukkan kecenderungan-kecenderungan yang lebih jelas.
f. Moralitas
1) Adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh orang tua dengan kebutuhan dan bantuan dari orang tua.
2) Sikapnya dan cara berfikirnya yang kritis mulai menguji  Kaidahkaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam  perilaku sehari-hari oleh para pendukungnya.
3) Mengidentifikasi dengan tokoh moralitas yang dipandang tepat dengan tipe idolanya.
g. Perilaku Keagamaan
1) Mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan tuhan mulai
dipertanyakan secara kritis dan skeptis.
2) Masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup.
3) Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan atas pertimbangan adanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya.
h. Konatif, emosi, afektif, dan kepribadian
1) Lima kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri, dan aktualisasi diri) menunjukkan arah kecenderungannya.
2) Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya masih labil dan belum terkendali seperti pernyataan marah, gembira atau kesedihannya masih  dapat berubah-ubah dan silih berganti
3) Merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi krisis identitasnya  yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya, yang akan  membentuk kepribadiannnya.
4) Kecenderungan kecenderungan arah sikap nilai mulai tampak (teoritis, ekonomis, estetis, sosial, politis, dan religius), meski masih  dalam taraf eksplorasi dan mencoba-coba.
6. Perkembangan perilaku seksual remaja
Perkembangan fisik termasuk organ seksual yaitu terjadinya kematangan serta peningkatan kadar hormon reproduksi atau hormon seks baik pada laki-laki maupun pada perempuan yang akan menyebabkan perubahan perilaku seksual remaja secara keseluruhan. Pada kehidupan psikologis remaja, perkembangan organ seksual mempunyai pengaruh kuat dalam minat remaja terhadap lawan jenis. Terjadinya peningkatan perhatian remaja terhadap lawan jenis sangat dipengaruhi oleh factor perubahan-perubahan fisik selama periode pubertas (Santrock, 2003).
Remaja perempuan lebih memperlihatkan bentuk tubuh yang menarik  Bagi remaja laki-laki, demikian pula remaja pria tubuhnya menjadi lebih  Kekar yang menarik bagi remaja perempuan (Rumini dan Sundari, 2004).
Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat  penting dalam pembentukan hubungan yang lebih matang dengan lawan  jenis. Matangnya fungsi-fungsi seksual maka timbul pula dorongan  dorongan dan keinginan-keinginan untuk pemuasan seksual. Sebagian  besar dari remaja biasanya sudah mengembangkan perilaku seksualnya dengan lawan jenis dalam bentuk pacaran atau percintaan. Bila ada  kesempatan para remaja melakukan sentuhan fisik, mengadakan  pertemuan untuk bercumbu bahkan kadang-kadang remaja tersebut  mencari kesempatan untuk melakukan hubungan seksual  (Pangkahila dalam Soetjiningsih, 2004). Meskipun fungsi seksual remaja perempuan lebih cepat matang dari pada  remaja laki-laki, tetapi pada perkembangannya remaja laki-laki lebih  aktif secara seksual dari pada remaja perempuan. Banyak ahli berpendapat hal ini dikarenakan adanya perbedaan sosialisasi seksual antara remaja perempuan dan remaja laki-laki. Bahkan hubungan seks sebelum menikah dianggap ”benar” apabila orang-orang yang terlibat saling mencintai ataupun saling terikat. Mereka sering merasionalisasikan tingkah laku seksual mereka dengan mengatakan pada diri mereka sendiri bahwa mereka terhanyut cinta. Sejumlah peneliti menemukan bahwa remaja perempuan, lebih daripada remaja laki-laki, mengatakan bahwa alasan utama mereka aktif secara seksual adalah karena jatuh cinta (Santrock, 2003).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar