Senin, 05 September 2011

Survailans epidemiologi penyakit campak

BAB.I
PENDAHULUAN
A      Latar Belakang

Rencana strategi global maupun regional 2006 – 2010 yang di canangkan WHO bersama INICEF tahun 2006 menyatakan bahwa tujuan program pengendalian penyakit campak adalah mengurangi angka kematian campak sebesar 90 % (estimated) pada tahun 2010 di banding tahun 2000. Untuk mencapai tujuan pengendalian penyakit Campak tersebut di lakukan upaya:
1.      Mencapai cakupan imunisasi campak dosis pertama >90% secara nasional dan minimal >80% di seluruh Kabupaten/Kota pada tahun 2010.
2.      Melaksanakan imunisasi campak kedua dengan cakupan >90% pada anak usia kurang 5 tahun pada tahun 2010.
3.      Penyelidikan dan manajemen kasus pada semua KLB campak tahun 2009.
4.      Melaksanakan survailans campak berbasis kasus individu (case Based urvailans) bagi semua Negara yang telah melaksanakan kampanye campak.
1
Program imunisasi campak di Indonesia dimulai pada tahun 1982, kemudian pada tahun 1991 berhasil dicapai tatus imunisasi dasar lengkap atau Universal Child Imunization( UCI) secara nasional. Sejak thaun 2000 imunisasi campak kesempatan kedua diberikan kepada anak kelas I –VI (Catch Up) secara bertahap yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian imunisasi secara rutin kepada anak sekolah dasar kelas I SD ( BIAS ). Untuk mempercepat perlindungan campak pada anak, sejak tahun 2005 sampai dengan 207 dilakukan kegiatan crash program campak terhadap anak usia  6 – 59 bulan dan anak usia sekolah dasar di seluruh provinsi dalam 5 tahap.
Untuk menilai dampak pelaksanaan program tersebut dan mencapai regional strategic goal diperlukan survailans campak yang baik agar dapat memberikan arahan kepada program secara efektif dan efesien. Pelaksanaan survailans campak di Indonesia belum dapat menggambarkan angka kematian campak. Bila cakupan imunisasi campak sebesar 80% di Indonesia, maka diperkirakan terdapat 30.000 kematian karena campak pada tahun 2000.
Sejak dilakukan kampanye campak di Indonesia, angka kematian penderita campak diharapkan menurun sehingga upaya program pemberantasan campak dari tahap reduksi mulai diarahkan pada tahap eliminasi dengan penguatan strategi imunisasi dan survailans berbasis kasus individu (case based). Dengan memanfaatkan system survailans AFP yang sudah berjalan dengan baik, maka sejak tahun 2004 survailans campak di Indonesia terintegrasikan dengan system survailans AFP dan Survailans campak berbasis kasus individual mulai diintensifkan pada tahun 2007 di tingkat puskesmas.
Juknis Survailans Campak,Ditjen PP & PL Tahun 2008
B       Tujuan Umum
Mengindentifikasi daerah/kampung  maupun populasi resiko tinggi akan kemungkinan terjadinya transmisi campak dan memantau kemajuan program pemberantasan campak
C       Tujuan Khusus
1.      Terlaksananya pengumpulan data campak dan mengetahui gambaran epidemiologi yang meliputi waktu, tempat kejadian, umur dan status imunisasi di Puskesmas Payung Rejo.
2.      Terlaksananya analisis data campak dan factor resiko di wilayah kerja Puskesmas Payung Rejo.
3.      Terlaksananya Penyelidikan Epidemiologi setiap KLB campak di wilayah kerja Puskesmas Payung Rejo.
4.      Terdisseminasinya hasil analisis kepada kepala kampung,Dinas Instansi  terkait,Kader Kesehatan,Toma dan masyarakat.























BAB.II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Gambaran Klinis
1.      Etiologi
Penyakit campak disebabkan oleh virus Paramyxoviridae (RNA), jenis Morbilivirus yang mudah mati karena panas dan cahaya.
2.      Cara dan Masa Penularan
·         Cara Penularan
Penularan dari manusia ke manusia melalui percikan ludah dan transmisi melalui udara terutama melalui batuk, bersin atau sekresi hidung.
·         Masa Penularan
Masa penularan 4 hari sebelum rash sampai dengan 4 hari setelah timbul rash, puncak penularan pada saat gejala awal (fase prodormal ), yaitu 1-3 hari pertama sakit.
www.wikipedia.com
3.      Masa Inkubasi
7-18 hari, rata-rata 10 hari.
4.      Gejala dan Tanda-tanda
·         Panas badan biasanya ≥ 38 derajat celcius selama 3 hari atau lebih, disertai salah satu atau lebih gejala batuk, pilek, mata merah atau mata berair.
·        
4
Khas (pathogmonosis)nditemukannya koplik’s spot atau bercak putih keabuan dengan dasar merah dipipi bagian dalam (mucosa bucal).
·         Bercak kemerahan ( rash ) yang di mulai dari belakang telinga pada tubuh terbentuk makulo popular selama 3 hari atau lebih, beberapa hari (4-7 hari)keseluruh tubuh.
·         Bercak kemerahan makulo popular setelah 1 minggu sampai dengan 1 bulan berubah menjadi kehitaman (hyperpigmentasi)disertai kulit bersisik. Untuk kasu yang telah menunjukkan hiperpigmentasi perlu dilakukan anamnesis dengan teliti, dan apanila pada masa akut (permulaan sakit) terdapat gejala tersebut diatas maka kasus tersebut termasuk kasus campak klinis.
www.wikipedia.com
5.      Komplikasi
Sebagian besar penderita campak akan sembuh sendiri, komplikasi sering terjadi pada anak usia < 5 tahun dan penderita dewasa usia >20 tahun. Kasu campak pada penderita malnutrisi dan defisiensi Vit A serta Imun Defisiensi (HIV), campak akan lebih fatal. Komplikasi yang sering terjadi yaitu:
·         Diare
·         Bronchopneumonia
·         Malnutrisi
·         Otitis Media
·         Kebutaan
·         Enchepalitis
·         Measles Enchepalitis hanya 1/1000 penderita campak
·         Subacute Sclerosing Panecephalitis (SSPE), hanya 1/100.000 penderita campak
·         Ulcus Mucosa Mulut
www.wikipedia.com
6.      Penyebab Kematian
Kematian penderita campak pada umumnya disebabkan Karen komplikasinya, seperti diare berat, Bronchopneumonia dan gizi buruk serta penanganan yang terlambat.
7.      Diagnosa Banding
·         Rubella
·         DHF/DBD
·         Varicella
·         Alergi Obat
·         Miliaria/biang keringat
www.wikipedia.com
8.      Patogenesis
Campak adalah penyakit infeksi sistemik yang dimulai dari infeksi pada bagan epitel saluran pernafasan di nasopharing, virus campak di keluarkan dari nasopharing mulai dari masa prodormal sampai 3 – 4 hari setelah rash.
www.wikipedia.com
9.      Imunitas
Infeksi alami karena penyakit campak cenderung antibody lebih baik dibanding antibody yang terbentuk karena imunisasi campak. Setelah terjadi infeksi virus, maka terjadi respon seluler segera yang kemudian diikuti oleh respo imunitas pada saat timbulnya rash. Bila seorang anak tidak terdeteksi adanya titer antibody campak, maka anak tersebut kemungkinan masih rentan. Penyembuhan terhadap penyakit campak tergantung kepada kemampuan respon daro T-cell yang adekuat.
Dengan adanya maternal anti bodi , biasanya anak-anak akan terlindung dari penyakit campak untuk beberapa bulan, biasanya antibody akan sangat berkurang setelah anak berumur 6-9 bulan, yang menyebabkan anak menjadi rentan. Suatau infeksi dengan kadar virus yang tinggi kadang kala dapat melampaui tingkat perlindungan dari maternal antibody sehingga anak dapat terserang penyakit campak pada umur 3-4 bulan.
Juknis Survailans Campak,Ditjen PP & PL Tahun 2008
B.     Pengertian
1.      Tahap Reduksi / Penurunan Kematian Campak
Pada tahap ini lebih ditekankan kepada penurunan angka kematian campak. Kasus campak masih tinggi dan endemic. Strategi imunisasi adalah meningkatkan cakupan imunisasi campak rutin dan upaya imunisasi kesempatan kedua melalui pemberian imunisasi di daerah insiden campaknya masih tinggi. Sebelum pelaksanaa kampanye campak pada tahap ini adalh Survailan Campak Klinis dengan data agregat.Setiap KLB dilakukan PE (penyelidikan Epidemiologi) dan dilakukan konfirmasi laboratorium serta peningkatan manajemen kasus.
Bagi Negara yang telah melaksanakan imunisasi campak tambahan (kampanye campak) maka survailans campak diarahkan kepada survailans individu (case based survailance) dengan konfirmasi laboratorium semaksimal mungkin.
Juknis Survailans Campak,Ditjen PP & PL Tahun 2008

2.      Tahap Eliminsasi
Pada Tahap ini cakupan imunisasi campak sangat tinggi ≥95%, daerah-daerah dengan cakupan imunisasi rendah sudah sangat kecil jumlahnya. Insiden campak sudah sangat rendah dan KLB campak hamper tidak pernah terjadi. Pada tahap ini survailans campak adalah cased based atau individual record yang disertai pemeriksaan laboratorium untuk semua kasus campak. Setiap KLB di investigasi dan semua kasus tercatat secara individual (case linelisted) dan dilakukan konfirmasi laboratorium. Dan penyelidikan rumah ke rumah jika terjadi KLB.
Juknis Survailans Campak,Ditjen PP & PL Tahun 2008
3.      Tahap Eradikasi
Cakupan imunisasi sangat tinggi dan merata, serta kasus campak sudah tidak ditemukan. Transmisi virus campak sudah dapat diputuskan, dan negara negara di dunia sudah memasuki tahap eliminasi.
www.depkes.go.id
4.      Definisi Kasus Campak
Definisi kasus campak yang digunakan dalam system survailans epidemiologi nasional adalah sebagai berikut:
a.       Definisi Kasus Campak Klinis
·         Demam, dan
·         Bercak merah berbentuk makulopapular, dan
·         Batuk/pilek atau mata merah (Conjungtivitis)
Atau
Didiagnosa oleh dokter sebagai kasus campak.
b.      Klasifikasi Kasus Campak
·         Pasti Secara Laboratorium
Kasus campak klinis yang telah dilakukan konfirmasi laboratorium dengan hasil positif terinfeksi virus campak (IgM campak positif).
·         Pasti Secara Epidemiologi
Semua jenis klinis yang mempunyai hubungan epidemiologi dengan kasus yang pasti secara laboratorium atau dengan kasus pasti secara epidemiologi yang lain.
·         Bukan Kasus Campak (discarded)
Kasus tersangka campak yang telah mendapat konfirmasi laboratorium dengan hasil negative, atau kasus campak yang yang mempunyai hubunganepidemiologis dengan Rubella.
www.depkes.go.id

5.      Definisi KLB
a.       Tersangka KLB
Adanya 5 atau lebih kasus klinis dalam waktu 4 minggu berturut-turut yang terjadi mengelompok dan dibuktikan adanya hubungan epidemiologi.

b.      Pasti KLB
Apabila minimum 2 spesimen positif IgM campak dari hasil pemeriksaan kasus pada tersangka KLB campak.
Pedoman Epidemiologi Penyakit,Dit.Jend PP & PL Tahun 2007
6.      Kematian Campak
Adalah kematian dari seorang penderita campak pasti (klinis,laboratorium maupun epidemiologi) yang terjadi dalam 30 hari setelah rash, bukan disebabkan oleh hal-hal lain seperti: trauma atau penyakit kronik yang tidak berhubungan dengan komplikasi campak.

Juknis Survailans Campak,Ditjen PP & PL Tahun 2008


7.      Skema Klasifikasi Campak
Campak Klinis
Gambar.2.1


Tidak ada specimen/specimen
Spesimen darah adekuat
Tidak ada hub Epidemiologi dengan kasus pasti Lab
Ada hub Epidemiologi dengan kasus pasti Lab
Kasus campak klinis
Kasus campak pasti secara LAB
Kasus campak pasti secara epidemiologi (Biasanya dlm kasus KLB
Bukan Kasus Campak
IgM Positif
IgM Negatif























Juknis Survailans Campak,Ditjen PP & PL Tahun 2008.
8.      Spesimen Adekuat
a.       Spesimen darah
Spesimen adekuat apabila pengambilan specimen serum dilakukan pada hari ke 4 – 28 sejak hari pertama timbulnya rash. Namun specimen serum tetap harus di ambil pada saat kasus pertama dating ke fasilitas kesehatan sampai 28 hari setelah timbul rash.
b.      Spesimen Urin
Specimen diambil sesegera mungkin sampai hari kelima setelah timbulnya rash.
Juknis Survailans Campak,Ditjen PP & PL Tahun 2008
9.      Daerah Resiko Campak
Daerah yang dimaksud dengan daerah resiko tinggi campak yaitu daerah yang berpotensi terjadinya KLB campak dilihat dari:
Daerah dengan cakupan imunisasi rendah (< 80 %)
·         Lokasi yang padat dan kumuh antara lain pengungsian.
·         Daeran rawan gizi.
·         Daerah sulit di jangkau atau jauh dari pelayanan kesehatan.
·         Daerah diman budaya masyarakatnya tidak menerima imunisasi.
Juknis Survailans Campak,Ditjen PP & PL Tahun 2008.
C.     Epidemiologi Penyakit Campak
Penyakit campak dikenal juga sebagai morbili atau measles, merupakan penyakit yang sangat menular (infeksius) yang disebabkan oleh virus, 90 % anak tidak kebal akan terserang penyakit campak. Manusia diperkirakan satu-satunya reservoir, walaupun monyet dapat terinfeksi tetapi tidak berperan dalam penyebarannya.
Juknis Survailans Campak,Ditjen PP & PL Tahun 2008.
Penyakit campak sering terjadi pada anak dibawah 15 tahun dengan angka kematian sebesar 0,6% pada tahun 1996. Di daerah dengan cakupan imunisasi rendah selama beberapa tahun akan terjadi akumulasi kelompok rentan campak sehingga dapat menimbulkan KLB. Penderita campak dengan status gizi rendah/buruk sering menimbulkan komplikasi yang berat dan kematian.
Pedoman Epidemiologi Penyakit,DitJen PP & PL Tahun 2007
Diseluruh dunia diperkirakan terjadi penurunan 56 % kasus campak yang dilaporkan yaitu 852.397 kasus pada tahun 2000 menjadi 372.421 kasus pada tahun 2006. Jumlah laporan kasus campak regional SEARO meningkat dari 78.574 kasus pada tahun 2000 meningkat menjadi 94.562 pada tahun 2006, ini disebabkan karena adanya peningkatan survailans campak di Indonesia dan India.
Sejak Vaksinasi diberikan secara luas, terjadi perubahan epidemiologi campak terutama di Negara berkembang. Dengan tingginya cakupan imunisasi, terjadi penurunan insiden campak dan pergeseran umur ke umur yang lebih tua.
Juknis Survailans Campak,Ditjen PP & PL Tahun 2008

D.    Kegiatan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Campak.
a.       Ditingkat Puskesmas.
·         Pengumpulan data dan analisa data(sumber data dari Pustu,Praktek swasta ,masyarakat dan dari pelayanan lainya).
·         Pencatatan dan pelaporan:STP,W2/PWS KLB .
·         Umpan Balik caranya dengan Lokmin bulanan dengan materi Maping Populasi rentan,PWS Imunisasi,Spotmap campak,Grafik kecenderungan,laporan KLB dan permasalahan lainya.
·         Imunisasi campak Rutin.
·         Imunisasi campak tambahan (BIAS)
·         Penyelidikan Epidemiologi dengan cara kunjungan rumah.nmateri Imunisasi,campak
·         Penyuluhan dengan materi Imunisasi,campak dll.
·         Pengambilan specimen.
·         Pengobatan dan pencegahan komplikasi.
·         Rujukan kasus campak.
b.      Ditingkat Kabupaten/Kota.
·         Penemuan Kasus.
·         Pencatatan dan Pelaporan.
·         Supervisi.
·         Monitoring dan evaluasi.
·         Umpan Balik.
c.       Di tingkat Propinsi
·         Pencatatan dan Pelaporan.
·         Monitoring dan evaluasi.
·         Supervisi.
·         Umpan Balik.
d.      Di Rumah Sakit.
·         Penemuan Kasus.
·         Pencatatan dan Pelaporan.
·         Umpan balik.
Juknis Survailans Campak,Ditjen PP & PL Tahun 2008.












BAB.III
RANCANGAN SURVAILANS EPIDEMIOLOGI
A.    Pengumpulan Data
Sumber data dari Puskesmas Pembantu,laporan dari bidan desa,dari praktek swasta dan dari Balaipengobatan dan rumah bersalin swasta  yang meliputi laporan Ewars setiap minggu dan data yang dikumpulkan dengan format tertentu.
B.     Pengolahan Data
·         Ditingkat Puskesmas.
Membuat tren mingguan kasus campak,membuat peta wilayah kasus campak dan peta wilayah imunisasi campak laporan KLB dan Permasalahannya,Perencanaan penyuluhan dan perencanaan kecenderungan campak tahun berikutnya
·         Ditingkat kabupaten.
Pencatatan dan Pelaporan,supervisi,monitoring dan evaluasi,membuat feedback ke puskesmas

C.     Analisa Data
Analisa yang dilakukan oleh puskesmas minimal dapat menjawab besarnya masalah yang akan di timbulkan,factor resiko kemungkinan penularan terhadap tenaga kesehatan dan masyarakat dan dapat mencegah KLB dan wabah.



14





BAB.IV
HASIL SURVAILANS
1.      Data ketenagaan dan sarana Pelayanan Kesehatan.
Tabel.4.1
Data Sarana Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Payung Rejo
Tahun 2008 s/d 2010
No
Jenis Fasilitas
Jumlah
2008
2009
2010
1
Puskesmas
1
1
1
2
Puskesmas Pembantu
4
4
5
3
Gudang Obat
1
1
1
4
Laboratorium Sederhana
1
1
1
5
Polindes
6
12
16
6
Rumah Bersalin
1
1
3
7
Bidan Praktek Swasta
11
14
13
8
Dokter Praktek
2
1
2
9
Apotek
0
0
0
10
Toko Obat Terdaftar
0
0
0
11
Poskesdes
1
1
2

SP2TP Puskesmas Payung Rejo Tahun 2011
Dari table diatas dapat kita ketahui jumlah sarana pelayanan kesehatan  dari tahun 2008 sejumlah 28 dan bertambah hingga tahun 2010 yang berjumlah 44 sarana yankes.

Tabel.4.2
Data Ketenagaan Puskesmas Payung Rejo
Tahun 2008 s/d 2010

NO
Jenis Ketenagaan
JUMLAH
2008
2009
2010
1
Dokter Umum
1
0
1
2
Dokter Gigi
0
0
 0
3
Sarjana Kesehatana Masyarakat
0
1
 0
4
Sarjana Perawat
0
1
2
4
Gizi
0
0
 0
5
Farmasi
0
0
 0
6
Kesehatan Lingkungan
1
1
 1
7
Analis Kesehatan
0
0
 0
8
15
Perawat Gigi
0
0
 0
9
Perawat (SPK & Akper)
6
6
 6
10
Bidan PKM & Bidan Desa
12
14
 24
11
Pekarya Kesehatan
2
1
 1
12
Tenaga Magang
4
4
4
SP2TP Puskesmas Payung Rejo Tahun 2011
2.      Data Cakupan Imunisasi
Tabel.4.3
Cakupan Imunisasi Rutin Di Puskesmas Payung Rejo
Tahun 2008 s/d 2010.
Tahun
Pencapaian Imunisasi ( % )
BCG
DPT 1
POLIO 4
CAMPAK
2008
97
90
92
92
2009
78
99
88
88
2010
93
95
95
93
Dari table diatas cakupan imunisasi campak dari tahun 2009 belum mencapai target yang di tetapkan yakni minimal 90 % cakupan imunisasi dalam tahap eliminasi campak, tetapi di tahun 2010sudah mencapai target yakni 93 %.
PTP Puskesmas Payung Rejo,Tahun 2011
Grafik.4.1

PTP Puskesmas Payung Rejo,Tahun 2011


Dari tabel diatas masih ada dua desa yang belum mencapai target minimal cakupan campak 90% yaitu desa Negeri kepayungan dan desa Pekandangan.






3.      Data Sasaran
Tabel.4.4
Data Sasaran Puskesmas Payung Rejo Tahun 2011
NO
NAMA KAMPUNG
Penduduk
Bayi
bumil
bumil resti
buteki
bulin
batita
balita
anpras
usila
PUS
WUS
Murid SD
Remaja
1
Payung Rejo
2897
43
48
10
87
46
171
282
110
187
406
809
336
524
2
Payung Batu
3402
51
56
11
102
54
201
332
129
220
476
950
395
615
3
Payung Dadi
2313
35
38
8
69
36
137
226
88
150
324
646
269
418
4
Payung Makmur
2052
31
34
7
62
32
121
200
78
133
287
573
238
371
5
Tanjung Rejo
2411
36
40
8
72
38
142
235
91
156
337
673
280
436
6
Tanjung Kemala
1529
23
25
5
46
24
90,3
149
58
99
214
427
177
276
7
Sangun Ratu
2089
31
34
7
63
33
123
204
79
135
292
583
243
378
8
Negeri Kepayungan
2046
31
34
7
61
32
121
200
78
132
286
571
238
370
9
Segala Mider
5378
81
89
18
161
85
318
524
204
348
753
1502
624
972
10
Tias Bangun
4066
61
67
13
122
64
240
396
154
263
569
1135
472
735
11
Sinar Negeri
962
14
16
3
29
15
56,9
94
36
62
135
269
112
174
12
Riau Priangan
1812
27
30
6
54
29
107
177
69
117
254
506
210
328
13
Negeri Ratu
1407
21
23
5
42
22
82
137
53
91
197
393
163
254
14
Gunung Haji
2961
44
49
10
89
47
175
289
112
192
415
827
344
535
15
Gunung Raya
2205
33
36
7
66
35
130
215
84
143
309
616
256
399
16
Kota Batu
1976
30
33
7
59
31
117
193
75
128
277
552
229
357
17
Tawang Negeri
753
11
12
2
23
12
45
73
29
49
105
210
87
136
18
Pekandangan
927
14
15
3
28
15
54,8
90
35
60
130
259
108
168
19
Payung MmmMulya
1165
Hun  
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
 20
Padang Rejo
1534














JUMLAH
41186
618
680
136
1236
649
2434
4016
1561
2665
5766
11499
4782
7446
PTP Puskesmas Payung Rejo,Tahun 2011
Pada tahun 2011 ada dua desa pekemekaran yaitu desa Payung Mulyo dan desa Padang Rejo jadi wilayah Puskesmas Payung Rejo Menjadi 20 desa pada tahun 2011,yang sebelumnya Cuma 18 desa.




4.      Data Penduduk

Tabel 4.5
Jumlah Penduduk Wilayah Puskesmas Payung Rejo
Tahun 2008 s/d 2011
NO
NAMA KAMPUNG
JUMLAH PENDUDUK
2008
2009
2010
2011
1
Payung Rejo
2859
2911
2854
2897
2
Payung Batu
3627
3693
3352
3402
3
Payung Dadi
2016
2053
2279
2313
4
Payung Makmur
2146
2186
2022
2052
5
Tanjung Rejo
2397
2441
2375
2411
6
Tanjung Kemala
1320
1345
1506
1529
7
Sangun Ratu
2164
2204
2058
2089
8
Negeri Kepayungan
2032
2069
2016
878
9
Segala Mider
5168
5262
5299
3844
10
Tias Bangun
3906
3976
4006
4066
11
Sinar Negeri
878
895
948
962
12
Riau Priangan
1661
1693
1785
1812
13
Negeri Ratu
1103
1124
1386
1407
14
Gunung Haji
2030
2067
2917
2961
15
Gunung Raya
2045
2083
2172
2205
16
Kota Batu
2424
2468
1947
1976
17
Tawang Negeri
592
503
742
753
18
Pekandangan
1147
1169
913
927
19
Payung Mulya



1165
20
Padang Rejo



1534

JUMLAH
39.415
40141
40577
41186

SP2TP Puskesmas Payung Rejo Tahun 2011
Dari Jumlah penduduk (Proyeksi ) tahun 2011 sebanyak 41.186 jiwa sebanyak ± 36 % adalah miskin.

5.      Status Gizi Masyarakat
Grafik 4.2
Status Gizi Balita Puskesmas Payung Rejo
Tahun 2008 s/d 2010











6.      Data Ketersediaan Vaksin
Grafik 4.3
 ketersediaan Vaksin campak di Puskesmas Payung Rejo Perbulan
Tahun 2010
Dari grafik diatas dapat kita lihat bahwa ketersediaan vaksin campak dari dinas kesehatan selalu tersedia.
7.      Data cakupan kasus Campak
Grafik 4.4
cakupan Campak klinis Puskemas Payung rejo

      
PTP Puskesmas Payung Rejo 2011
Dari grafik diatas dapat kita lihat bahwa kasus campak di wilayah Puskesmas Payung rejo masih menggunakan klinis, pada tahun 2010 di temukannya 13 kasus campak klinis, dari semua kasus suspect campak tidak dilakukan pemeriksaan Lab.


Grafik 4.5Kasus campak yang di tangani
      
            PTP Puskesmas Payung Rejo 2011
Semua kasus campak mendapat pengobatan oleh puskesmas payung rejo, tetapi semua kasus campak tidak diambil sediaanya untuk di kirim ke Labda.


Juknis Survailans Campak,Ditjen PP & PL Tahun 2008.













BAB.V
PEMBAHASAN
A.    Gambaran Epidemiologi
Wilayah kerja Puskesmas Payung Rejo Kecamatan Pubian terdiri atas 20 kampung yang berada di dalam wilayah  Kecamatan Pubian dengan batas wilayah kerja sebagai berikut :
v  Sebelah utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Karang Anyar Kecamatan Selagai Lingga
v  Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Sendang Agung Kecamatan Sendang Agung
v  Sebelah timur berbatasan dengan hutan lindung
v  Sebelah barat berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Padang Ratu dan Surabaya Kecamatan Padang Ratu.
v  Luas wilayah kerja Puskesmas Payung Rejo 17.388 Ha, yang sebagian besar adalah daerah perbukitan.
Terhitung tanggal 01 Januari 2011 Wilayah Kecamatan Pubian terdiri dari 2 Puskesmas Induk yaitu Puskesmas Payung Rejo dan Puskesmas Segala Mider dengan pembagian wilayah kerja sebagai berikut :
1.      Puskesmas Payung Rejo membawahi wilayah kerja :
a.       Kampung Payung Rejo
b.      Kampung Payung Dadi
c.       Kampung Payung Makmur
d.      Kampung Tanjung Rejo
e.       Kampung Sangun Ratu
f.       Kampung Payung Mulya
g.      Kampung Kota Batu
h.      Kampung Tawang Negeri
i.        Kampung Padang Rejo
j.        Kampung Pekandangan
21




2.      Puskesmas Segala Mider
a.       Kampung Negeri Kepayungan
b.      Kampung Tanjung Kemala
c.       Kampung Negeri Ratu
d.      Kampung Gunung Raya
e.       Kampung Gunung Haji
f.       Kampung Segala Mider
g.      Kampung Payung Batu
h.      Kampung Tias Bangun
i.        Kampung Sinar Negeri
j.        Kampung Riau Periangan

1)      Distribusi Orang
Karakteristik orang dalam epedemiologi deskriptif sangat besar manfaatnya dalam penentuan besar kecilnya masalah kesehatan pada kelompok tertentu. Karakteristik orang dapat berupa umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan, golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan paritas. Tetapi data yang diperoleh di puskesmas Payung Rejo mengenai distribusi penyakit hanya berdasarkan umum saja.



2)      Distribusi Waktu
Dari data diatas trend penyakit Campak diatas terlihat perbandingan jumlah kasus Campak pada tahun 2008, 2009, dan 2010 dari tahun ke tahun jumlah kasus Campak di daerah kerja Puskesmas Payung Rejo terus meningkat
3)      Distribusi Tempat
Dari grafik diatas jelas untuk daerah-daerah dengan cakupan imunisasi rendah berpotensi untuk penyakit campak dan bias terjadi KLB
B.     Pelaksanaan Survailans
Dalam pelaksanaan surveilans terdapat kelemahan – kelemahan antara lain :
1        Keterlambatan dalam pengumpulan data sehingga terjadi keterlambatan dalam melakukan pengolahan data.
2        Kurangnya kerjasama yang baik antar petugas sehingga sering terjadi kesalahan dalam pengumpulan data.
Kekuatan dalam Pelaksanaan Survailans adalah:
1        Adanya dukungan dari pihak-pihak terkait yang berpaya untuk terlaksananya kegiatan surveilans.

C.     Usulan Kegiatan (POA)
Dalam program survailans Puskesmas Payung rejo melakukan perencanaan yang dituangkan dalam POA di setiap tahunnya, tentu saja hal ini tidak bias dilakukan dalan satu bidang saja melainkan melibatkan beberapa bidang di puskesmas yaitu:
1.      Promkes
·         Melakukan penyuluhan yang bermaterikan tentang penyakit campak,imunisasi,PHBS.
·         Sosialisasi BIAS dan Imunisasi rutin di posyandu
2.      P2PL
·         Melakukan PE setiap ada kasus
·         Sweeping campak
·         Deteksi dini kasus campak
·         Sosialisai kasus campak ke petugas
·         Pencatatan dan Pelaporan
·         Ewars setiap minggu
·         Survey kontak
·         Pemberian VIT a
·         Imunisasi rutin


















BAB.VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Penyakit campak disebabkan oleh virus Paramyxoviridae (RNA), jenis Morbilivirus yang mudah mati karena panas dan cahaya. Penularan dari manusia ke manusia melalui percikan ludah dan transmisi melalui udara terutama melalui batuk, bersin atau sekresi hidung. Masa penularan 4 hari sebelum rash sampai dengan 4 hari setelah timbul rash, puncak penularan pada saat gejala awal (fase prodormal ), yaitu 1-3 hari pertama sakit.
Wilayah kerja Puskesmas Payung Rejo Kecamatan Pubian terdiri atas 20 kampung yang berada di dalam wilayah  Kecamatan Pubian dan masih ditemukannya kasus campak yang cenderung naik dari tahun ketahun. Upaya pencegahan sedini mungkin sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya KLB atau wabah di daerah tersebut dengan melaksanakan survailans aktif oleh semua pihak.
B.     Saran
1        Pencatatan dan Pelaporan adalah sumber penting yang harus bias dipertanggung jawabkan, untuk itu pencatatan dan Pelaporan yang baik dalam survailans epidemiologi adalah suatu keharusan.
2        Dalam melaksanakan tugasnya perlu adanya dukungan dana yang kuat untuk kelancaran dan kesuksesan suatu kegiatan.
3        Komitmen semua pihak untuk dapat melakukan survailan secara baik dan benar sangat diperlukan untuk evaluasi semua penyakit kedepannya.

25


DAFTAR PUSTAKA
Budiarto,E; Anggraeni,D,2000. Pengantar Epidemiologi. PT EGC Kedokteran : Jakarta.
Depkes RI,2007. Pedoman Survailans Epidemiologi. Depkes RI: Jakarta.
Depkes RI,2008,Juknis Survailans Campak,Ditjen PP & PL Tahun 2008. Depkes RI: Jakarta
Depkes RI,2006. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Depkes RI: Jakarta.
Notoatmodjos, Soekidjo. 2005. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta : Jakarta.
Puskesmas Payung Rejo 2011,PTP Puskesmas Payung Rejo Tahun 2011,Puskesmas Payung Rejo,Payung Rejo











Tidak ada komentar:

Posting Komentar