BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kesehatan Reproduksi Remaja
Pengertian kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan kesehatan yang sempurna baik secara fisik, mental, dan sosial dan bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.
Pengertian kesehatan reproduksi ini mencakup tentang hal-hal sebagai berikut:
1 Hak seseorang untuk dapat memperoleh kehidupan seksual yang aman dan memuaskan serta mempunyai kapasitas untuk bereproduksi;
2. Kebebasan untuk memutuskan bilamana atau seberapa banyak melakukannya; 3) Hak dari laki-laki dan perempuan untuk memperoleh informasi serta memperoleh aksebilitas yang aman, efektif, terjangkau baik secara ekonomi maupun kultural;
4) Hak untuk mendapatkan tingkat pelayanan kesehatan yang memadai sehingga perempuan mempunyai kesempatan untuk menjalani proses kehamilan secara aman.
Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi yaitu :
- Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah, dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil).
- Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan satu dengan yang lain, dsb).
- Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua pada remaja, depresi karena ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita pada pria yang membeli kebebasannya secara materi, dsb).
- Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual, dsb)
http://belajarpsikologi.com/kesehatan-reproduksi-remaja/#more-1835
1. Pengertian remaja
Remaja dalam ilmu psikologis juga diperkenalkan dengan istilah lain, seperti puberteit, adolescence, dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula dikaitkan pubertas atau remaja. Remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal usia 12-15 tahun, masa remaja pertengahan usia 15-18 tahun, dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun (Monks, et al. 2002).
Masa remaja disebut juga sebagai periode perubahan, tingkat perubahan dalam sikap, dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan perubahan fisik (Hurlock, 2004).
2. Ciri-ciri masa remaja
Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya. Gunarsa (2001) menyatakan ciri–ciri tertentu yaitu:
a. Masa remaja sebagai periode yang penting.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan.
d. Masa remaja sebagai periode bermasalah.
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.
g. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.
Gunarsa (2001) menyebutkan bahwa masa remaja sebagai masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Semua aspek perkembangan dalam masa remaja secara global berlangsung antara umur 12–21 tahun, dengan pembagian usia 12-15 tahun adalah masa remaja, 15-18 tahun adalah masa remaja pertengahan, 18- 21 tahun adalah masa remaja akhi (Monks, et al. 2002).
3. Tahap perkembangan remaja
Menurut tahap perkembangan, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu :
a. Masa remaja awal (12-15 tahun), dengan ciri khas antara lain:
1) Lebih dekat dengan teman sebaya
2) Ingin bebas
3) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir
abstrak
b. Masa remaja tengah (15-18 tahun), dengan ciri khas antara lain
1) Mencari identitas diri
2) Timbulnya keinginan untuk kencan
3) Mempunyai rasa cinta yang mendalam
4) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak
5) Berkhayal tentang aktifitas seks
c. Masa remaja akhir (18-21 tahun), dengan ciri khas antara lain
1) Pengungkapan identitas diri
2) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya
3) Mempunyai citra jasmani dirinya
4) Dapat mewujudkan rasa cinta
5) Mampu berpikir abstrak
4. Perkembangan fisik
Pada masa remaja, pertumbuhan fisik berlangsung sangat pesat.Dalam perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder. Berikut ini adalah uraian lebih lanjut mengenai kedua hal tersebut
a. Ciri-ciri seks primer
Dalam modul kesehatan reproduksi remaja (Depkes, 2002) disebutkan bahwa ciri-ciri seks primer pada remaja adalah:
1) Remaja laki-laki
Remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi bila telah mengalami mimpi basah. Mimpi basah biasanya terjadi pada remaja laki-laki usia antara 10-15 tahun.
2) Remaja perempuan
Jika remaja perempuan sudah mengalami menarche (menstruasi), menstruasi adalah peristiwa keluarnya cairan darah dari alatkelamin perempuan berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak mengandung darah.
b. Ciri-ciri seks sekunder
Menurut Sarwono (2003), Ciri-ciri seks sekunder pada masa remaja adalah sebagai berikut
1) Remaja laki-laki
a) Bahu melebar, pinggul menyempit
b) Petumbuhan rambut disekitar alat kelamin, ketiak, dada, tangan,
dan kaki
c) Kulit menjadi lebih kasar dan tebal
d) Produksi keringat menjadi lebih banyak
2) Remaja perempuan
a) Pinggul lebar, bulat, dan membesar, puting susu membesar dan menonjol, serta berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.
b) Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang poripori bertambah besar, kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif.
c) Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan, dan tungkai.
d) Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu.
5. Karakteristik remaja
Menurut Makmun (2003) karakteristik perilaku dan pribadi pada masa remaja terbagi ke dalam dua kelompok yaitu remaja awal (11-13 dan14-15 tahun) dan remaja akhir (14-16 dan 18-20 tahun) meliputi aspek:
a. Fisik, laju perkembangan secara umum berlangsung pesat, proporsi ukuran tinggi, berat badan seringkali kurang seimbang dan munculnya ciri-ciri sekunder.
b. Psikomotor gerak-gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan serta aktif dalam berbagai jenis cabang permainan.
c. Bahasa, berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai tertarik mempelajari bahasa asing, menggemari literatur yang bernafaskan dan mengandung segi erotik, fantastik, dan estetik.
d. Sosial, keinginan menyendiri dan bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat temporer, serta adanya kebergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya disertai semangat konformitas yang tinggi.
e. Perilaku kognitif
1) Proses berfikir sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (asosiasi, diferensiasi, komparasi, kausalitas) yang bersifat abstrak, meskipun relatif terbatas,
2) Kecakapan dasar intelektual menjalani laju perkembangan yang terpesat,
3) Kecakapan dasar khusus (bakat) mulai menujukkan kecenderungan-kecenderungan yang lebih jelas.
f. Moralitas
1) Adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh orang tua dengan kebutuhan dan bantuan dari orang tua.
2) Sikapnya dan cara berfikirnya yang kritis mulai menguji Kaidahkaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku sehari-hari oleh para pendukungnya.
3) Mengidentifikasi dengan tokoh moralitas yang dipandang tepat dengan tipe idolanya.
g. Perilaku Keagamaan
1) Mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan tuhan mulai
dipertanyakan secara kritis dan skeptis.
2) Masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup.
3) Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan atas pertimbangan adanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya.
h. Konatif, emosi, afektif, dan kepribadian
1) Lima kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri, dan aktualisasi diri) menunjukkan arah kecenderungannya.
2) Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya masih labil dan belum terkendali seperti pernyataan marah, gembira atau kesedihannya masih dapat berubah-ubah dan silih berganti
3) Merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi krisis identitasnya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya, yang akan membentuk kepribadiannnya.
4) Kecenderungan kecenderungan arah sikap nilai mulai tampak (teoritis, ekonomis, estetis, sosial, politis, dan religius), meski masih dalam taraf eksplorasi dan mencoba-coba.
6. Perkembangan perilaku seksual remaja
Perkembangan fisik termasuk organ seksual yaitu terjadinya kematangan serta peningkatan kadar hormon reproduksi atau hormon seks baik pada laki-laki maupun pada perempuan yang akan menyebabkan perubahan perilaku seksual remaja secara keseluruhan. Pada kehidupan psikologis remaja, perkembangan organ seksual mempunyai pengaruh kuat dalam minat remaja terhadap lawan jenis. Terjadinya peningkatan perhatian remaja terhadap lawan jenis sangat dipengaruhi oleh factor perubahan-perubahan fisik selama periode pubertas (Santrock, 2003).
Remaja perempuan lebih memperlihatkan bentuk tubuh yang menarik Bagi remaja laki-laki, demikian pula remaja pria tubuhnya menjadi lebih Kekar yang menarik bagi remaja perempuan (Rumini dan Sundari, 2004).
Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan yang lebih matang dengan lawan jenis. Matangnya fungsi-fungsi seksual maka timbul pula dorongan dorongan dan keinginan-keinginan untuk pemuasan seksual. Sebagian besar dari remaja biasanya sudah mengembangkan perilaku seksualnya dengan lawan jenis dalam bentuk pacaran atau percintaan. Bila ada kesempatan para remaja melakukan sentuhan fisik, mengadakan pertemuan untuk bercumbu bahkan kadang-kadang remaja tersebut mencari kesempatan untuk melakukan hubungan seksual (Pangkahila dalam Soetjiningsih, 2004). Meskipun fungsi seksual remaja perempuan lebih cepat matang dari pada remaja laki-laki, tetapi pada perkembangannya remaja laki-laki lebih aktif secara seksual dari pada remaja perempuan. Banyak ahli berpendapat hal ini dikarenakan adanya perbedaan sosialisasi seksual antara remaja perempuan dan remaja laki-laki. Bahkan hubungan seks sebelum menikah dianggap ”benar” apabila orang-orang yang terlibat saling mencintai ataupun saling terikat. Mereka sering merasionalisasikan tingkah laku seksual mereka dengan mengatakan pada diri mereka sendiri bahwa mereka terhanyut cinta. Sejumlah peneliti menemukan bahwa remaja perempuan, lebih daripada remaja laki-laki, mengatakan bahwa alasan utama mereka aktif secara seksual adalah karena jatuh cinta (Santrock, 2003).
B. Perilaku
1. Pengertian perilaku
Perilaku manusia merupakan hasil segala macam pengalaman serta interaksi manusia yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan suatu tindakan yang mempunyai frekuensi, lama, dan tujuan khusus, baik yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar (Green, 2000).
Menurut Skinner (2001) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku manusia dari segi biologis adalah Tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas seperti berjalan, berbicara, menangis, bekerja dan sebagainya. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus Skinner membedakan perilaku menjadi dua:
a. Perilaku tertutup (Covert Behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka (Overt Behavior)
Repon seseorng terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain. Skinner dalam Notoatmodjo (2001) mengemukakan bahwa perilaku adalah merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan atau respon, respon dibedakan menjadi dua respon:
1) Respondent response atau reflexive respon, ialah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu yang relatif tetap. Responden respon (Respondent behaviour) mencakup juga emosi respon dan emotional behaviour.
2) Operant respons atau instrumental respon adalah respon yang Timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforsing stimuli atau reinforcer. Proses pembentukan atau perubahan perilaku dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam maupun dari luar individu. Aspekaspek dalam diri individu yang sangat berperan/berpengaruh Dalam perubahan perilaku adalah persepsi, motivasi dan emosi. Persepsi adalah pengamatan yang merupakan kombinasi dari penglihatan, pendengaran, penciuman serta pengalaman masa lalu. Motivasi adalah dorongan bertindak untuk memuaskan sesuatu kebutuhan. Dorongan dalam motivasi diwujudkan dalam bentuk tindakan (Sarwono, 2003).
2. Perilaku ditentukan oleh 3 faktor:
Menurut Green (2000), perilaku ditentukan oleh 3 faktor:
a. Faktor predisposisi (predidposing factors) yaitu faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu perilaku.
b. Faktor pendukung atau pemungkin (enabling factors) meliputi semua karakter lingkungan dan semua sumber daya atau fasilitas yang mendukung atau memungkinkan terjadinya suatu perilaku.
c. Faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors) yaitu faktor yang memperkuat terjadinya perilaku antara lain tokoh masyarakat, teman atau kelompok sebaya, peraturan, undang-undang, surat keputusan dari para pejabat pemerintahan daerah atau pusat (Notoatmodjo, 2003).
C. Perilaku Seksual pada Remaja
Menurut Sarwono (2003), perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri, dengan lawan jenis maupun sesama jenis tanpa adanya ikatan pernikahan menurut agama.Menurut Stuart dan Sundeen (1999), perilaku seksual yang sehat dan adaptif dilakukan ditempat pribadi dalam ikatan yang sah menurut hukum. Sedangkan perilaku seksual pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpamelalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing (Mu’tadin, 2002).
Menurut Irawati (2002) remaja melakukan berbagai macam perilaku seksual
beresiko yang terdiri atas tahapan-tahapan tertentu yaitu dimulai dari berpegangan tangan, cium kering, cium basah, berpelukan, memegang atau meraba bagian sensitif, petting, oral sex, dan bersenggama (sexual intercourse). Perilaku seksual pranikah pada remaja ini pada akhirnya dapat
mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan remaja itu sendiri.
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah Remaja
Suatu tingkah laku tidak hanya disebabkan oleh satu motivasi saja melainkan dapat disebabkan dari berbagai motivasi.adapun beberapa factor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja menurut Hurlock (2004) adalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan
Secara biologis dan psikologis masa remaja mengalami perkembangan yang bermakna. Pada saat yang sama pada remaja tumbuh rasa ingin tahu yang besar mengenai diri mereka sendiri maupun lingkungan dimana mereka berada. Maraknya pergaulan seks bebas di kalangan remaja salah satu disebabkan oleh kurangnya pengetahuan remaja tentang seksual yang jelas dan benar (Hurlock, 2004) pengetahuan tentang seksualitas yang tinggi akan menjadikan seseorang lebih berdaya, dapat memutuskan mana yang baik untuk dirinya sendiri dan sekaligus resiko yang harus ditanggungnya, dapat menumbuhkan sikap dan tingkah laku seksual yang sehat serta menghindar dari hal hal yang menjurus kea rah perilaku seksual pranikah. Berbagai studi yang telah dilakukan menunjukkan bila anak dan remaja tahu akan resiko dan konsekuensinya dari hubungan pranikah, mereka justru akan sangat berhati hati dan bertanggungjawab terhadap periakunya sendiri (Laily dan Matulessy, 2004)
2. Religiusitas
Berdasarkan penelitian sebanyak 450 sampel tentang perilaku seksual remaja usia 14-24 tahun mengungkapkan 64 persen mengakui secara sadar bahwa melakukan hubungan sks sebelum menikah melanggar nilai dan moral agama, sedangkan 31 persen menyatakan bahwa hubungan seks adalah biasa atau sudah wajar dilakukan tidak melanggar norma dan moral agama. Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemahaman agama berpengaruh terhadap perilaku seks pranikah remaja (media Indonesia, 27 januari 2010)
3. Gaya hidup
Remaja seringkali menganggap segala hal yang berasal dari Negara maju perlu dicontoh termasuk perilaku seksual
4. Keharmonisan rumah tangga
Tugas orang tua salah satunya adalah mendidik dan membimbing anaknya agar menjadi manusia yang terpelajar dan berakhlak mulia. Orang tua tidak hanya berkewajiban memenuhi kebutuhan jasmani akan tetapi perhatian,kasih saying, dan komunikasi yang baik sangat menjunjung jiwa dan kepribadian anak ( Hurlock,2004) hubungan orang tua yang baik akan mengoptimalkan pertumbuhan kehidupan emosional dan sebaliknya orang tua yang sering bertengkar aan menghambat komunikasi dalam keluarga dan anak anak akan melarikan diri dari keluarga. Keluarga yang tidak lengkap misalnya karena perceraian, kematian, dan keluarga dalam perekonomian kurang dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak ( Rochmawati, 2008)
5. Keterpaparan media
Remaja sering memperoleh informasi tentang banyak hal dari media massa baik cetak maupun elektronik maka cenderung memberi perhatian terhadap hal hal yang dinilainya dapat meningkatkan harga diri atau jati diri tanpa adanya penyaringan kemudian mengadopsinya tanpa menilai sesuai dengan nilai,norma agama ataupun budaya yang berlaku di lingkungannya. Informasi yang diterima tentang seks belum tentu benar tersebut mereka peroleh baik dari majalah, film porno, kaset VCD porno yang dicari secara sembunyi-sembunyi ( Willis, 2008 )
Di Indonesia pornografi telah menjadi hal yang sangat umum karena sangat mudah diakses oleh setiap kalangan usia. Aliansi Selamatkan Anak (ASA) Indonesia menyatakan bahwa Indonesia selain menjadi Negara tanpa aturan yang jelas tentang pornografi, juga mencatat rekor sebagai Negara kedua setelah Rusia yang paling rentan penetrasi pornografi terhadap anak-anak dan saat ini remaja merupakan populasi terbesar yang menjadi sasaran pornografi. Menurut Attorney General’s Final report on Pornography SA, konsumen utama pornografi baik dari majalah, internet, serta tabloid adalah remaja laki-laki berusia 12 sampai 17 tahun. Dampaknya adalah makin aktifnya perilaku seksual pranikah yang disertai ketidaktahuan yang pada akhirnya bisa membahayakan kesehatan reproduksi remaja (BKKBN, 2004)
6. Lingkungan tempat tinggal
Keluarga merupakan sumber utama atau lingkungan yang utama yang dapat mempengaruhi perilaku seksual remaja. Remaja yang melakukan hubungan seksual pranikah banyak diantaranya berasal dari keluarga bercerai atau pernah bercerai, keluarga dengan konflik dan perpecahan ( Kinnaird, 2003). Sebagian besar remaja menganggap orang tua adalah orang yang penting bagi mereka, karena nilai nilai yang ditanamkan mereka dapat mempengaruhi perilaku remaja.
7. Hubungan dengan lawan jenis
Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangatlah penting dalam pembentukan hubungan yang lebih matang dengan lawan jenis. Matangnya fungsi seksual maka timbul pula dorongan dan keinginan untuk pemuasan seksual. Sebagian besar dari remaja biasanya sudah mengembangkan perilaku seksual dengan lawan jenis dalam bentuk pacaran atau percintaan, bila ada kesempatan para remaja melakukan sentuhan fisik, mengadakan pertemuan untuk bercumbu bahkan kadang-kadang remaja tersebut mencari kesempatan untuk melakukan hubungan seksual (Pangkahila dalam Soetjiningsih 2004)
8. Perilaku seksual remaja
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri, dengan lawan jenis maupun sesama jenis tanpa adanya ikatan pernikahan menurut agama (Sarwono, 2003)
Perilaku seksual yang sehat dan adaktif dilakukan di tempat pribadi dalam ikatan sah menurut hukum (Stuart dan Sundeen, 1999) sedangkan perilaku seksual pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing masing (Mu’tadin, 2002) menurut Irawati (2002) remaja melakukan berbagaimacam perilaku seksual beresiko yang terdiri atas tahapan tahapan tertentu yaitu dimulai dari berpegangan tangan, ciumkening, cium basah, berpelukan, memegang atau meraba bagian sensitive, petting, oral seks,dan bersenggama. Perilaku seksual pranikah pada remaja ini akhirnya dapat mengakibatkandampak yang merugikan remaja itu sendiri.
E. Dampak Perilaku Seksual Pranikah Remaja
Perilaku seksual pranikah dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada remaja, diantaranya sebagai berikut :
a. Dampak psikologis
Dampak psikologis dari perilaku seksual pranikah pada remaja diantaranya perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan berdosa.
b. Dampak Fisiologis
Dampak fisiologis dari perilaku seksual pranikah tersebut diantaranya dapat menimbulkan kehamilan tidak diinginkan dan aborsi.
c. Dampak sosial
Dampak sosial yang timbul akibat perilaku seksual yang dilakukan sebelum saatnya antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan yang hamil, dan perubahan peran menjadi ibu. Belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut (Sarwono, 2003).
d. Dampak fisik
Dampak fisik lainnya sendiri menurut Sarwono (2003) adalah berkembangnya penyakit menular seksual di kalangan remaja, dengan frekuensi penderita Penyakit Menular Seksual (PMS) yang tertinggi antara usia 15-24 tahun. Infeksi penyakit menular seksual dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatkan risiko terkena PMS dan HIV/AIDS.
G.Kerangka Teori
Menurut Green (2000), perilaku ditentukan oleh 3 faktor:
a. Faktor predisposisi (predidposing factors) yaitu faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu perilaku.
b. Faktor pendukung atau pemungkin (enabling factors) meliputi semua karakter lingkungan dan semua sumber daya atau fasilitas yang mendukung atau memungkinkan terjadinya suatu perilaku.
c. Faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors) yaitu faktor yang memperkuat terjadinya perilaku antara lain tokoh masyarakat, teman atau kelompok sebaya, peraturan, undang-undang, surat keputusan dari para pejabat pemerintahan daerah atau pusat (Notoatmodjo, 2003).
Seperti tampak Pada Tabel Dibawah ini:
Tabel.1.1
|
| |||
Menurut Green (2000)
H. Kerangka Konsep
Berdasarkan teori yang di kemukakan green maka kerangka konsep yang kita kemukakan terlihat pada table di bawah ini:
Tabel 1.2
Kerangka Konsep
|
| ||||
I. Hipotesis
a. Ada hubungan pengaruh pengetahuan terhadap perilaku seks pranikah pada remaja di Madrasah Nurul Ulum Payung Rejo Kecamatan Pubian Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2011.
b. Ada hubungan pengaruh keterpaparan media terhadap perilaku seks pranikah pada remaja di Madrasah Nurul Ulum Payung Rejo Kecamatan Pubian Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2011.
c. Ada hubungan pengaruh status pacaran terhadap perilaku seks pranikah pada remaja di Madrasah Nurul Ulum Payung Rejo Kecamatan Pubian Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2011.
d. Ada hubungan pengaruh tempat tinggal terhadap perilaku seks pranikah pada remaja di Madrasah Nurul Ulum Payung Rejo Kecamatan Pubian Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2011.
e. Ada hubungan pengaruh keharmonisan rumah tangga terhadap perilaku seks pranikah remaja di Madrasah Nurul Ulum Payung Rejo Kecamatan Pubian Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2011.
f. Ada hubungan pengaruh religiusitas terhadap perilaku seks pranikah pada remaja di Madrasah Nurul Ulum Payung Rejo Kecamatan Pubian Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2011.
g. Mengetahui hubungan pengaruhgaya hidup terhadap perilaku seks pranikah pada remaja di Madrasah Nurul Ulum Payung Rejo Kecamatan Pubian Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar