|
A. KOMUNIKASI KELOMPOK
1. Pengertian Komunikasi Kelompok
Istilah Komunikasi, berasal dari kata comunicare ( bahasa latin ) yang berarti menjadikan sesuatu milik bersama, dalam hal ini gagasan pikiran seseorang, melalui proses komunikasi disampaikan kepada orang lain yang terlibat, diterima dan dimengerti, kemudian setelah disetujui, maka gagasan tersebut menjadi milik bersama dari orang-orang yang terlibat dalam proses tersebut ( dance, 1970 ).
a. Secara mekanistik, komunikasi diartikan sebagai: suatu proses dua arah yang menghasilkan transmisi informasi dan pengertian antara masing masing individu yang terlibat ( Kossen,1986 ).
b. Secara Psikologistik, komunikasi diartikan sebagai: suatu proses dimana seorang individu ( komunikator ) menTransmisikan stimuli ( biasanya verbal ) untuk memodifikasi perilaku individu lain ( audience ) (Hovland et al, 1953 ).
c. Secara sosiologistik, komunikasi diartikan sebagai: suatu proses dimana seseorang memberikan tafsiran terhadap perilaku orang lain ( yang terwujud dalam bentuk ucapan, gerak-gerik badaniah atau sikap ), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang terebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut ( Soekanto, 1994 ).
2. Ruang Lingkup dalam Analisa Komunikasi
Dalam analisis komunikasi, ruang lingkup yang dipelajari meliputi:
a.
|
Terbentuk antara lain oleh adanya perbedaan status sosial diantara warga masyarakat, yang pada kenyataannya berpengaruh terhadap pola-pola Komunikasi, karena tidak sedikit diantara ucapan-ucapan bahasa yang layak bila digunakan dalam pembicaraan antar individu dalam status social yang sama, ternyata kurang layak digunakan bila percakapan terjadi diantara individu yang status sosialnya berbeda.
b. Nilai kebenaran ucapan
Nilai kebenaran dari suatu ucapan, yang terkait dengan kondisi yang mendukung dan menolak kebenaran dari ucapan itu, meliputi kondisi lingkungan fisik dan social ketika ucapan disampaikan. Hal ini perlu dipertimbangkan apabila seseorang mendapat informasi dari orang lain, apakah informasi yang didengarnya memiliki nilai-nilai kebenaran, baik ditinjau dari segi peraturan maupun adat istiadat yang berlaku.
c. Susunan Kata-kata sehubungan dengan suasana percakapan
Apabila seseorang sedang mengucapkan suatu ucapan,maka kebenaran atau kecocokan dari ucapan tersebut hendaklah dinilai dari suasana atau keadaan apa yang sedang dialami oleh pengirim pesan,apakah suasana percakapannya sedang serius ataukah sedang bercanda,sedang senang atau sedang susah.
d. Latar Belakang kebudayaan
Makna yang dimaksudkan oleh pembicara dari ucapan yang disampaikannya ,menurut kebudayaannya,dan makna yang diberikan oleh penerima terhadap yang diterimanya menurut kebudayaannya.
e. Kepribadian komunikanian
Mengenai kepribadian ini ada dua hal yang perlu diperhatikan:
1) Apa yang memotivasi sseorang untuk menyampaikan suatu ucapan.
2) Apa yang dapat diinterpretasikan oleh penerima ucapan tersebut yang menyangkut kepribadiaanya.
3. Komponen-komponen yang terlibat dalam komunikasi
Beberapa komponen yang terlibat di dalam komunikasi:
a. Personal
Komponen Personal meliputi komunikator sebagai pengirim pesan dan komunikate sebagai penerima pesan. Dalam melakukan proses komunikasi ini kedua pihak yang terlibat tersebut masing masing dipengaruhi oleh berbagai factor yang melekat dalam dirinya antara lain : sikap, emosi, kepercayaan, kebiasaan dan kemauan.
b. Pesan
Pesan komunikasi, merupakan perwujudan dari gagasan yang ada dalam pikiran seseorang, disampaikan dalam bentuk lambang, baik verbal maupun non verbal. Lima langkah penting dalam menyusun pesan yaitu :
1) Perhatian (attention )
2) Kebutuhan ( need )
3) Pemuasan ( satisfaction 0
4) Gambaran nyata ( visualization )
5) Tindakan ( action )
c. Media.
Media komunikasi adalah sarana atau alat yang memungkinkan proses komunikasi bisa berlangsung. Diantara berbagai media komunikasi.
4. Efektivitas Komunikasi
Efektivitas komunikasi dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain factor personal atau kepribadian ( Mc Dougal, 1908); dan faktor ( ross, 1908 ).
a. Faktor personal
Factor personal yang ikut mempengaruhi efektifitas komunikasi adalah kepribadian pengirim dan penerima pesan masing masing, terdiri dari factor sosiobiologis dan sosio psikologis.
1) Aliran sosiobiologis ( Wilson,1975 ) memandang segala kegiatan manusia bersumber dari struktur biologisnyamisalnya Aturan aturan yang sudah terprogram dalam jiwa manusia, seperti kecerdasan, kemampuan sensasi dan emosi.
· Sistem syaraf mengatur pekerjaan otak dan proses pengolahan informasi dalam jiwa manusia
· Sistem hormonal, selain mempengaruhi mekanisme biologis, seperti kebutuhan akan makanan/minuman, istirahat, seksual dan kesehatan yang baik, juga mempengaruhi roses psikologis, seperti adanya insting ( Rakhmat, 1986 ).
2) Aliran sosiopsikologis memandang karakteristik perilaku manusia dalam berkomunikasi dipengaruhi oleh factor sosiopsikologis yaitu:
· Komponen afektif menyangkut aspek mosional, seperti motif ingin tahu, kompetensi, cinta, harga diri dan identitas diri, kebutuhan akan nilai, kedambaan dan makna hidup, pemanfaatan potensi diri, sikap dan emosi.
· Komponen kognitif menyangkut aspek intelktual, seperti kepercayaan dan keyakinan benar-salah atas dasar bukti, sugesti otoritas, pengalaman dan intuisi ( Kohler, 1978 ).
b. Factor situasional
Factor situasional yang ikut mempengaruhi efektifitas komunikasi, meliputi :
1) Aspek-aspek obyektif dari lingkungan
Aspek-aspek obyektif dari lingkungan meliputi :
a) faktor ekologis
b) faktor rancangan dan arsitektural
c) faktor temporal
d) faktor suasana perilaku
e) faktor teknologi
f) faktor-faktor sosial
2) Lingkungan psikososial seperti yang kita persepsikan
Lingkungan psikososial seperti yang kita persepsikan seperti lingkungan tempat tinggal, kantor dan organisasi, yang lazim disebut iklim, mempengarhi perilaku komunikasi
3) Stimuli, yang mendorong dan memperteguh perilaku.
Merupakan situasi yang mempengaruhi kelayakan bererilaku tertentu, termasuk komunikasi, seperti bicara dengan kata-kata kasar/jorok dikalangan masyarakat tertentu sebagai hal yang biasa, tetapi di lingkungan masyarakat yang lain sebagai hal yang tabu.
5. Tanda tanda komunikasi yang Efektif
Komunikasi yang efektif, paling tidak menimbulkan lima hal yaitu:
a. Menimbulkan Kesenangan
Munculnya kesenangan pada awal komunikasi sangat terkait pada materi pesan yang dirimkan maupun umpan baliknya.Kalau pesan yang disampaikan cocok dengan sipenerima pesan maka si penerima pesan akan merasa senang berkomunikasi. Oleh karena itu komunikasi yang efektif haruslah merupakan proses dua arah, dimana kedua belah pihak yang terlibat dalam komunikasi harus menghindari isi pesan atau ucapan yang tidak disenangi oleh pihak lain.
b. Hubungan Sosial Yang Baik
Munculnya hubungan social yang baik dipengaruhi oleh gaya bicara masing-masing pihak yang berkomunikasi. Hal ini terkait dengan kemampuan berkomunikasi secara verbal dan nonverbal untuk menciptakan rasa senang dan persahabatan serta suasana emosi yang mendukung penerimaan pesan.
c. Pengertian
Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda dalam menginterpretasikan suatu pesan atau informasi yang diterimanya sesuai dengan pengetahuan kebudayaan yang dimilikinya. Ia akan bereaksi terhadap pesan yang diterimanya sesuai dengan hasil interpretasinya. Oleh karena itu proses komunikasi dua arah menjadi sangat penting untuk mengukur apakah interpretasi penerima pesan terhadap pesan yang disampaikan, sudah sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh pengirim pesan.
d. Pengaruh Pada Sikap
Sikap, merupakan kecenderungan seseorang untuk mengiterpretasikan sesuatu dan bertindak atas dasar hasil interpretasi yang diciptakannyya. Oleh karena itu untuk dapat mempengaruhi sikap seseorang, pesan perlu disampaikan secara perlahan, berulang-ulang dengan memperlihatkan keuntungan dan kerugiannya bila mengadopsi atau tidak mengadopsi isi pesan.
e. Tindakan yang Sesuai
Tindakan yang dimaksud adalah tindakan dari penerima pesan, yang sesuai dengan isi pesan. Apabila tindakan tersebut tidak sesuai dengan isi pesan, maka pengirim pesan perlu melakukan evaluasi trhadap didirnya sendiri, apakah ia sudah menyampaikan pesan yang menyenangkan, bersahabat dan dapat dimengerti oleh penerima pesan.
6. Corak-corak Komunikasi
Kanani dan kawan-kawan(1984),ada 4 orientasi nilai yang dimiliki individu dalam berkomunikasi, yaitu :
a. Orientasi pada tindakan (action)
Individu yang berorientasi pada tindakan,dalam kehidupan sehari-harinya cenderung cepat bertindak terhadap sesuatu hal (action), senang bekerja (doing), berusaha keras untuk mencapai hasil (achieving), menyukai peningkatan kinerja (improving), segera memecahkan masalah yang sedang dihadapi (solving problems).
Dalam berkomunikasi mereka banyak berbicara mengenai: hasil kerja, tujuan yang akan dicapai, kinerja pribadi dan kelompok, produktivitas, efisiensi, tanggung jawab, umpan balik, pengalaman, tantangan, pencapaian tujuan, perubahan, keputusan-keputusan.
Dalam proses pembicaraan, mereka pada umumnya bersifat membumi(pragmatis), langsung(to the point), tidak sabar(inpatient) tegas dengan keputusannya(decisive), cepat melompat/berpindah dari satu gagasan yang telah selesai ke gagasan lainnya,tanpa energik dan memberikan tantangan kepada orang lain.
b. Orientasi proses
Individu yang berorientasi pada proses,dalam kesehariannya cenderung melihat dan bertolak dari fakta-fakta, pengorganisaan dan strukturisasi pekerjaan,pengembangan strategi dan taktik.
Dalam berkomunikasi, mereka banyak berbicara mengenai: fakta, prosedur, perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, pengetesan, uji coba, pengamatan, analisisis,perincian, bukti.
Dalam proses pembicaraan, umumnya mereka berbicara sistematis, logis, factual, hati-hati, sabar, tidak emosional, terkesan bertele-tele.
c. Orientasi manusia
Individu yang berorientasi pada manusia, dalam kesehariannya cenderung berfokus pada pross social yang terjadi dalam hubungan antar manusia, interaksi, komunikasi, kerja tim, motivasi.
Dalam berkomunikasi , mereka banyak berbicara mengenai : manusia, kebutuhan, motivasi, kerjasama, komunikasi, perasaan, semangat tim, pengertian, pengembangan diri, kepekaan diri, kesadaran, kepercayaan, nila-nilai, harapan-harapan, hubungan-hubungan.
Dalam proses pembicaraan, mereka pada umumnya bersifat spontan, empati/merasakan perasaan orang lain, hangat, subyektif, emosional, pengertian, sensitif.
d. Orientasi gagasan
Individu yang berorientasi pada gagasan/ide dalam kehidupan sehari-harinya cenderung senang pada konsep-konsep, teori-teori, inovasi, kreatifitas, perubahan-perubahan, hal-hal yang baru.
Dalam berkomunikasi, mereka banyak berbicara mengenai konsep, inovasi, kreatifitas, kesempatan dan kemungkinan-kemungkinan lain, rancangan global, masalah-masalah baru yang muncul dilapangan, saling ketergantungan, cara-cara/metoda-metoda baru, peningkatan, masalah-masalah, potensi, alternatif-alternatif.
Dalam proses pembicaraan, mereka pada umumnya terlihat imajinatif, kharismatik, tapi sulit dimengerti. Mereka selalu berpusat pada dirinya sendiri dan tidak realistis, namun mereka termasuk golongan orang-orang yang kreatif, kaya dengan gagasan, serta bersifat provokatif.
- KONFLIK DALAM KELOMPOK
1. Pengertian Konflik
Konflik merupakan suatu proses yang terjadi apabila perilaku seseorang terhambat oleh perilaku orangl lain atau oleh kejadian-kejadian yang berada di luar wilayah kendalinya. Konflik antar individu sering terjadi dalam hubungan yang sangat erat (Petterson, 1983).
2. Bentuk bentuk dan Sumber Konflik
Thomas dan kilmas (1976) Mengemukakan ada 3 bentuk konflik yang terjadi antar individu yaitu:
a. Konflik Informasional
Konflik Informasional adalah konflik yang disebabkan oleh adanya perbedaan informasi yang diterima atau didapat oleh indiviu-individu yang terlibat konflik tersebut.
b. Konflik Persepsional
Konflik Persepsional adalah konflik yang disebabkan oleh pebedaan persepsi antara kedua belah pihak yang mengalami konflik.
c. Konflik Peran
Adalah konflik yang disebabkan oleh ketidakjelasan dan ketidakseimbangan peran masing-masing pihak yang mengalami konflik
3. Gaya reaksi terhadap konflik
Setiap orang memiliki gaya tersendiri dalam menanggapi situasi konflik yang sama. Thomas dan Kilmas (1976) mengemukakan dua dimensi perilaku individu dalam menanggapi situasi konflik yaitu:
a. Dimensi aseptif, merupakan dimensi yang terkait dengan upaya individu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan dirinya sendiri
b. Dimensi kooperatif, merupakan dimensi yang terkait dengan upaya individu untuk memenuhi keinginan atau kepentingan orang lain, dalam rangka penyesuaian diri terhadap tuntutan social.
Dari dua dimensi diatas RThomas dan kilmas mengemukakan lima gaya eaksi individu terhadap konflik, yaitu :
1) Kompetisi (Competition) Merupakan gaya reaksi individu terhadap konflik yang asertif tinggi/kooperatif rendah
2) Akomodasi ( Accomodation) merupakan gaya reaksi individu terhadap konfik, yang kooperatif tinggi / asertif rendah.
3) Kolaborasi (colaboration) merupakan gaya reaksi individu terhadap konflik, yang asertif tinggi/ kooperatif tinggi.
4) Penghindaran diri (avoidance) merupakan gaya reaksi individu terhadap konflik, yang asertif rendah/ kooperatif rendah.
5) Kompromi (compromise) merupakan gaya reaksi individu terhadap konflik, yang berada dalam keseimbangan diantara strategi asertif dan kooperatif.
- KOHESI KELOMPOK
Kohesi kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok. McDavid dan Harari (dalam Jalaluddin Rakmat, 2004) menyarankam bahwa kohesi diukur dari beberapa faktor sebagai berikut: ketertarikan anggota secara interpersonal pada satu sama lain; ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok; sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personal.
Kohesi kelompok erat hubungannya dengan kepuasan anggota kelompok, makin kohesif kelompok makin besar tingkat kepuasan anggota kelompok. Dalam kelompok yang kohesif, anggota merasa aman dan terlindungi, sehingga komunikasi menjadi bebas, lebih terbuka, dan lebih sering. Pada kelompok yang kohesifitasnya tinggi, para anggota terikat kuat dengan kelompoknya, maka mereka makin mudah melakukan konformitas. Makin kohesif kelompok, makin mudah anggota-anggotanya tunduk pada norma kelompok, dan makin tidak toleran pada anggota yang devian.
Di bawah ini akan dijelaskan beberapa hal berkaitan dengan kohesi kelompok sebagaimana dijelaskan oleh Carolina Nitimihardjo dan Jusman Iskandar (1993:24-27)
1. Tingkat Kohesi kelompok
Tinggi rendahnya kohesi kelompok dapat dilihat dari kehadiran anggota di dalam aktivitas kelompok, ketepatan waktu di dalam kegiatan kelompok, kepercayaan dan dorongan dari anggota kelompok, penerimaaan antar anggota kelompok dan kegembiraan yang dimiliki anggota kelompok. Secara sederhana dapat diukur dengan menanyakan kepada anggota kelompok tentang kesenangannya satu dengan yang lain.
2. Meningkatkan kohesi kelompok
Cara yang paling efektif meningkatkan kohesi kelompok adalah dengan membentuk hubungan yang kooperatif diantara anggota kelompok. Cara lain adalahmemperdalam kepercayaan di anatara anggota kelompok,
3. Kebutuhan interpersonal
Ada tiga hal dasar kebutuhan interpersonal:
a. Inklusi
Kebutuhan inklusi berkisar pada keanggotaan siapa di dalam dan siapa di luar kelompok, siapa yang memiliki kelompok dan siapa tidak,
b. Control
Kebutuhan control berkenaan dengan kekuatan hubungan di dalam kelompok, siapa yang berkuasa. Beberapa anggota kelompok menghendaki mempunyai pengaruh terhadap banyak orang dan beberapa menghendaki tidak punya pengaruh terhadap siapapun.
c. Afeksi
Kebutuhan afeksi menunjukkan hubungan terbuka dan bersifat pribadi di dalam kelompok. Beberapa anggota menghendaki hubungan yang hangat dan terbuka, danbeberapa anggota menghendaki hubungan yang dingin dan ada jarak.
4. Mengembangkan dan memelihara kepercayaan
Kepercayaan adalah aspek penting karena dapat membuat kondisi kerjasama dengan stabil dan berkomunikasi efektif. Pada kelompok yang mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi anggota kelompok akan lebih terbuka di dalam mengemukakan pendapat. Meningkatkan dan memelihara kepercayaan berarti memperhatikan keterbukaan, ekspresi menerima dan mendukung.
5. Konsekwensi dari kohesi kelompok.
Anggota kelompok yang kohesif lebih siap untuk berpartisipasi di dalam pertemuan pertemuan kelompok. Kelompok yang kohesinya tinggi merupakan sumber rasa aman bagi para nggotanya.
- KEKUATAN DALAM KELOMPOK
Di dalam interaksi ada kekuatan atau pengaruh. Anggota kelompok menyesuaikan diri satu dengan yang lainnya dengan berbagai cara. Mereka mempercepat dan memperlambat aktivitasnya untuk dapat erkoordinasi di antara mereka. Kekuatan tercermin pada kemampuan seseorang untuk membuat orang lain bertingkah tertentu.
1. Kekuatan personal
Kebutuhan dasar setiap anggota kelompok adalah memiliki pengaruh terhadap kelompok. Seseorang bergabung dalam kelompok karena ia tidak dapat mencapai tujuan dengan mudah tanpa menjadi anggota kelompok. Ada beberapa langkah di dalam proses dimana kekuatan personal dimobilisasi untuk mencapai tujuan.
a. Menentukan tujuan personal
b. Menentukan sumber sumber personal
c. Menentukan kebutuhan gabuangan
d. Melakukan kontrak.
2. Basis Kekuatan
Berdasarkan dari perumusan French dan reven, serta reven dan Kruglanski yang dikutip Carolina nitimihardjo dan jusman iskandar (1993;22-23)ada beberaapa kemungkinan yang dapat mendasari kekuatan seseorang yaitu:
a. Kemampuan untuk memberikan ganjaran dan atau memaksa
Ganjaran yang diberikan kepada anggota lain di dalam kelompok dapat menyebabkan mereka mendekat, namun sebaliknya apabila terlalu berlebihan dapat menyebabkanmereka “pergi menjauh”
b. Posisi di dalam kelompok dan organisasi
Posisi seseorang atau seseorang mempunyai tanggung jawab tertentu seperti polisi, dapat merupakan basis kekuatan bagi dirinya.
c. Sebagai referensi
Apabila anggota kelompok mengidentifikasikan dirinya atau menghendaki untuk seperti seseorang, maka orang tersebut mempunyai kekuatan di dalam kelompok itu.
d. Mempunyai keahlian
Seseorang yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan tertentu dan dipercaya dalam hal itu mempunyai kekuatan di dalam kelompok tersebut
e. Informasi.
Apabila seseorang mempunyai informasi yang dipandang bermanfaat guna mencapai tujuan kelompok, maka orang tersebut mempunyai kekuatan di dalam kelompok tersebut.
3. Kekuatan dan Pemecahan Masalah
Kelompok yang bertujuan untuk memecahkan suatu masalah dapatmeningkatkan keefektifannya apabila :
a. Kekuatan kelompok relative seimbang
b. Kekuatan berdasarkan kepada kompetisi, keahlian, dan informasi.
- PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Beberapa hal yang berkaitan dengan metoda pengambilan keputusan dijelaskan oleh Carolina Nitimihardjo dan juman Iskandar (1993:28-31)sebagai berikut:
1. Keputusan yang efektif
Ada lima karakteristik utama dari keputusan yang efektif
a. Sumber sumber anggota kelompok baik untuk dipergunakan
b. Waktunya tepat
c. Keputusan tepat atau mempunyai kualitas tinggi
d. Keputusannya berguna bagi anggota kelompok
e. Adanya kemampuan kelompok untuk memecahkan masalah
2. Metode pengambilan keputusan
Ada beberapa cara yang dapat dipergunakan kelompok untuk mengambil keputusan
a. Metode consensus
Metode pengambilan keputusan yang paling baik adala konsensus, walaupun membutuhkan waktu yang cukup lama. Di dalam consensus setiap anggota kelompok sepakat terhadap apa yang diputuskan kelompok. Konsensus dapat didefinisikan sebagai opini kolektif yang berasal dari anggota kelompok yang memiliki komunikasi yang sifatnya terbuka, dan iklim klompok suportif sehingga setiap anggota di dalam kelompok merasa mempunyai kesempatan untuk menentukan keputusan. Semua anggota kelompok mengerti tentang keputusan yang diambil dan bersedia untuk melaksanakannya. Semua anggota diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat, persepsi dan perasaanya tentang keputusan yang diambil.
b. Metode suara terbanyak
Merupakan metode yang lazim dilakukan. Alternative keputusan yang dipilih adalah oleh paling banyak anggota kelompok, sekurang kurangnya 51 persen dari seluruh jumlah anggota kelompok.
c. Metode melalui kelompok minoritas
Kelompok minoritas adalah terdiri dari anggota kelompok yang jumlahnya kurang dari 50 persen.
d. Metoda rata rata opini perorangan
Metode ini dilaksanakan dengan cara mengumpulkan pendapat dari masing-masing anggota dan kemudian dirata-ratakan. Masing masing anggota kelompok tidak mengetahui pendapat dari orang lain karena dilakukan di tempat yang terpisah
e. Metoda melalui kelompok yang ahli
Metode ini dilakukan dengan cara mnentukan anggota yang dianggap ahli dalam masalah tersebut, kemudian diminta untuk memutuskan.
f. Metode melalui orang yang berkuasa setelah diskusi kelompok
Metode ini dignakan di dalam kelompok yang mempunyai struktur otoritas yang mempunyai cirri yang jelas bahwa pimpinan yang akan memngambil keputusan. Misalnya organisasi bisnis, sekolah, pemerintahan. Anggota kelompok dapat mengemukakan ide namun keputusan akhir tetap ada di tangan pimpinan.
g. Metode melalui orang yang berkuasa tanpa diskusi kelompok
Metode ini dilakukan dimana pimpinan melaksanakan semua proses pengambilan keputusan tanpa konsultasi atau mendengarkan pendapat anggota kelompok. Bagaimanapun hasil keputusan pimpinan itu berlaku bagi kelompok.
3. Pengambilan keputusan oleh kelompok dan perorangan
Watson dan Johnson mengemukakan beberapa factor yang menyatakan bahwa keputusan melalui kelompok lebih baik dibandingkan dengan keputusan yang diambil secara individual
a. Dari sejumlah percobaan dapat diketahui bahwa manusia yang bekerja diantara manusia lainnya memperlihatkan tingkah laku yang berbeda dibandingkan apabila melakukan pekerjaan yang sama sendirian.
b. Di dalam interaksi kelompok sumber-sumber anggota kelompok dikumpulkan.sehingga kelompok dapat melihat kemungkinan-kemungkinan kesulitan dan kemungkinan-kemungkinan keputusannya. Pengetahuan dikoordinasikan dengan baik sehingga makin banyak sumber dari anggota kelompok makin tepat dan berkualitas keputusannya.
c. Kesalahan dapat dihilangkan apabila ada lebih dari satu orang yang mengerjakannya.
d. Titik gelap sering dapat dikoreksi di dalam kelompok, lebih mudah melihat kesalahan orang lain daripada kesalahan diri sendiri.
e. Diskusi kelompok sering merangsang timbulnya ide Yang tidak mungkin timbul bila bekerja sendirian.
4. Perasaan konflik dan keputusan.
Di dalam pengambilan keputusan diupayakan objektif dan rasional. Maksud dari objektif dan rasional adalah semua informasi yang sesuai dipergunakan dalam mengambil keputusan, dan perasaaan mrupakan sumber informasi yang penting. Apabila kelompok menekan ekspresi perasaan anggota kelompok, mereka cenderung menyembunyikan diri dan kesempatan memunculkan keputusan kreatif akan hilang.
- PEMECAHAN MASALAH
Pemecahan masalah adalah proses penanggulangan suatu rintangan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ada lima langkah di dalam proses memecahkan masalah:
1. Mendefinisikan masalah
Makin jelas dan tepat definisi masalah disusun makin mudah menyelesaikan langkah-langkah berikutnya. hal pertama yang harus dilakuakan adalah mengambil kesepakatan bersama tentang keadaan kelompok yang diinginkan selanjutnya adalah mencari informasi yang valid dan realible sert tepat mengenai keadaan kelompok saat ini.
2. Melakukan diagnose besarnya masalah dan penyebabnya
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi kekuatan yang akan membantu kelompok mencapai tujuan dan kekuatan ang menghambat kelompok mencapai tujuan melalui brainstorming semua kekuatan baik yang mendorong maupun yang menghambat akan dapat dianalisis. Analisis seprti ini disebut sebagai analisis kekuatan lapangan.
3. Merumuskan alternative strategi atau merencanakan pemecahannya
Langkah ini dilakukan dengan cara melakukan identifikasi dan menggambarkan alternative cara memecahkan masalah. Setiap alternative pemecahan masalah harus konkrit dan spesifik.
4. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling dikehendaki
Kelompok berkepentingan memilih strategi untuk dilaksanakan. Langkah ini meiputi dua aspek sentral pemecahan masalah, yaitu pengambilan keputusan dan implementasi keputusan. Pengambilan keputusan merupakan proses yang menghasilkan piliha dari beberapa alternative strategi dan rencana implementasi hasil keputusan kelompok tersebut yang menuntut kesepakatan internal para anggota kelompok.
5. Mengevaluasi keberhasilan strategi yang digunakan.
Evaluasi harus dapat menguraikan masalah apa yang telah dapat dipecahkan. Ada beberapa hambatan di dalam proses memecahkan masalah secara efektif yaitu:
a. Penetapan masalah yang tidak jelas
Apabila pengungkapan masalah tidak jelas atau tidak tepat dengan kenyataan, usaha pemecahan masalahnya akan tidak sesuai dengan kenyataannya.
b. Tidak didapatinya informasi yang dibutuhkan
Apabila informasinya minimal maka definisi masalahnya tidak adekuat
c. Komunikasi di dalam kelompok yang kurang baik
Komunikasi yang kurang baik di dalam kelompok mempunyai efek yang sama dengan tidak adanya informasi.
d. Iklim kritik,evaluative dan kompetitif
Atmosfir mendukung,mempercayai, dan bekerjasama diperlukan dalam pemecahan masalah
e. Motivasi yang tidak adekuat
Setiap anggota kelompok yang bertugas memecahkan masalah perlu memiliki motivasi untuk memecahkan masalah. Anggota kelompok yang meninggalkan tugasnya di dalam kelompok mencerminkan tidak memiliki motif mencapai tujuan
f. Tidak dimilikinya keterampilan menyelidiki dan memecahkan masalah
Beberapa kelompok membutuhkan latihan khusus untuk menguasai bagaimana menyelidiki dan melaksanakan metode penyelesaian masalah untuk dikembangkan.
g. Tidak adanya atau kurangnya konformitas.
Tidak adanya atau kurangnya tingginya konformitas kelompok dapat mengembangkan perbedaan dan menyebarkan ide ide di dalam kelompok penyebaran idea tau pemikiran biasanya menimbulkan kesulitan di dalam proses pemecahan masalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar